Kamis, 26 Mei 2016

TIPS : "Pernikahan Seorang Perantau Tanpa Menyusahkan Keluarga"

Hai hai hai haiiiii...
Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang persiapan pernikahan saya beberapa bulan yang lalu.  Dan entah kenapa sore hari ini rasanya ingin sekali kembali mengenang masa-masa indah pernikahan.

4 Oktober 2015, sakral, indah, menegangkan, membahagiakan, mengharukan serta menyatukan seluruh insan yang hadir di pernikahan kami.  Di umur 23 tahun hampir menginjak 24 tahun saya resmi menjadi istri seorang pria berdarah Sunda. Semua acara pernikahan kami berlangsung di kampung saya yaitu Kampung Tanjung, Kecamatan Muntok, Bangka Barat di sebuah Provinsi Bangka Belitung.

Semenjak kuliah tahun 2009, saya memutuskan untuk berpisah dari keluarga dengan tujuan melanjutkan Perguruan Tinggi.  Tidak pernah ada di pikiran bahwa nantinya akan menetap di kota orang.  Hampir 4 tahun kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, saya bertekad untuk mencari kerja di Jakarta. Entahlah apa yang menjadi alasan keputusan ini, mungkin salah satunya adalah karena saya sudah memulai hubungan dengan laki-laki berdarah Sunda tersebut hehehehe. 2 tahun bekerja semakin memantapkan niat kami untuk bersatu dalam ikatan pernikahan.  Januari 2015 masih sangat indah di memori saya ketika ia mengatakan niat baik tersebut di depan keluarganya dan keluarga saya.  Kami selalu menyebutnya dengan istilah "Lamaran Ala ala".  Pada saat ini ia bersama keluarganya datang terbang dari Depok/Jakarta ke kampung saya untuk liburan tahun baru sekaligus meluruskan niat itu.  Sesak rasanya saat itu menahan haru tangis bahagia yang sangat luar biasa.
Singkat namun tepat ! Awalnya rencana pernikahan kami di bulan Januari 2016, namun setelah kembali berdiskusi kami memutuskan untuk mempercepat ke bulan Oktober 2015.

Sepulang dari Bangka ke Jakarta, semua persiapan sudah dimulai.  Bukan hal yang mudah untuk mempersiapkan semuanya ketika sang calon pengantin sudah berdomisili di Depok, bekerja di Jakarta, sedangkan acara sakral itu harus diselenggarakan di kampung halaman (nyebrang pulang bukan lagi kota).  Namun Allah selalu memberi jalan terbaik untuk kami.  Semua berjalan dengan sangat tidak mulus terutama pada persoalan keuangan.  Bersyukur memiliki calon suami (sekarang sudah suami :D) yang mempunyai pendirian mandiri.  Tekad kuatnya yang ingin menikah dengan biaya sendiri tanpa membebankan orangtua.  Saya saat itu merasa kurang yakin, namun berkat cinta, niat, ketulusan dan keyakinan beliau semuanya dapat terwujud.  Dan inilah yang selalu ingin saya share kepada para calon pengantin diluar sana.  Berbanggalah dengan apa yang kalian punya bukan dengan apa yang orangtua kalian miliki.  Dan ketika sudah berumahtangga, maka akan berganti "Banggalah dengan harta hasil keringat suamimu bukan dengan harta yang dimiliki oleh orangtuamu".  Sedikit namun berkah, sedikit namun cukup, sedikit namun masih bisa berbagi.

Kembali kepada judul, saya ingin memberi tips kepada calon-calon pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan di kampung halaman sedangkan kalian menetap di kota lain.

1. Surat Menyurat
Menurut saya ini adalah hal yang paling utama harus diselesaikan.  Karena saya juga sudah berdomisili Depok, maka kami harus mengurus 2 kali urusan surat menyurat ini.  Pertama, kami harus melapor ke KUA setempat untuk membuat Surat Rekomendasi agar bisa menikah di daerah yang diinginkan.  Ini juga tidak gampang loh, kalian harus melewati proses dari yang paling bawah yaitu RT/RW, Kelurahan,  kemudian kantor KUA setempat.  Beruntungnya saya saat itu memiliki calon mertua seorang RT, jd bisa lebih ringan menjalankan proses ini hehehee.  Untuk melakukan proses ini, yang harus dipersiapkan adalah :
- Fotocopy KTP kamu dan pasangan
- Fotokopy KK
- Foto diri ukurang 2x3 (kalo ga salah inget, untuk meyakinkan kalian bisa browsing kok)

Di kelurahan  kita akan mengurus 3 surat pengantar yaitu :
Surat N1 berisi surat keterangan untuk menikah
Surat N2 berisi surat keterangan asal usul
Surat N4 berisi surat keterangan tentang orangtua

Langkah terakhir barulah kita ke KUA untuk meminta surat permohonan ijin numpang nikah.

Saya sarankan agar pengurusan surat menyurat ini dilakukan jauh-jauh hari yah jangan sampai menyusahkan keluarga di kampung halaman. Baiknya sekitar 2 bulanan sebelum hari H lah biar tenang juga.

Setelah memperoleh surat rekomendasi numpang nikah, tibalah saatnya saya pulang kampung untuk mengurus pendaftaran nikah di KUA dimana pernikahan akan berlangsung.  Untuk ini, si calon pengantin pria tidak perlu hadir saat itu, karena semua dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap.  Di kantor KUA kamu akan ditanyakan mengenai :
- siapa wali nikah nantinya?
- apa mahar pernikahan kamu nantinya?
- dan kamu (calon pengantin wanita) akan disarankan untuk melakukan suntik TT (tetanus).  Saran saya juga kalau mau suntik jangan pas udah mendekati hari H juga, karena kalau tidak kuat kamu bisa mengalami demam. Untuk info lebih kamu browsing aja deh.

2. Mahar dan Cincin Kawin
Ini juga penting, karena salah satu yang harus dipenuhi dalam pernikahan adalah MAHAR.  Saya dan calon suami memang sangat patuh dengan list yang sudah direncanakan.  Mahar dan cincin kawin sudah dipersiapkan jauh-jauh bulan, Karena apa? mengingat lagi mengenai keuangan, jadi sebisa mungkin setiap gajian dan punya uang sudah diperuntukan untuk perintilan pernikahan hehehe.  Untuk cincin kawin kami sengaja datang langsung ke tempat pembuatan cincin kawin yang harganya bisa agak murah namun kualitas tetap sama.  Menikah di bulan Oktober, April cincin kawin sudah siaaaaap hahahhaa. Bahkan saking kecepetannya, saya ketakutan cincinnya hilang hehehe.
Untuk mahar si calon pengantin wanita wajib mengutarakan keinginannya kepada sang calon pengantin laki-laki. Tapi kita sebagai wanita jangan asal menyebut nilai mahar ya, imbangi juga dengan kemampuan calon suami jangan sampai membebankan beliau.  Saat itu, saya meminta logam dirham kepada calon suami serta uang senilai 41.015 Rupiah.  Alhamdulillah calon suami langsung mengiyakan dan menyatakan sanggup untuk memenuhinya hingga semuanya juga sudah siap di bulan April hehehehe.  Urusan mahar dan cincin kawin well done.

3. Seserahan 
Tidak bisa dihindari, kita menganut budaya "seserahan" untuk pernikahan.  Seserahan ini bisa saja diserahkan pada saat lamaran atau pada saat pernikahan.  Berhubung jarak yang jauh, maka saya menerima seserahan pada saat pernikahan.  Ini juga lucu banget, karena saya dan calon suami di Depok dan Jakarta, maka semua perintilan dibeli di Depok/Jakarta.  Nah, ini juga kalau tidak dipersiapkan dari jauh-jauh hari akan sangat membebankan si calon suami loh, terkecuali calon suami kamu memang sudah siap dengan budget yang super lebih lah yaaaa.

Kalian sebagai wanita harus menyadari bahwa "wanita adalah kaum yang banyak maunya dengan hanya berdasarkan lucu". Bener ga? liat barang ini bilang lucu terus pengen beli hihii.  Kalau semua dilakukan dari jauh-jauh hari bahkan bulan, kalian bisa bantu nabung dulu untuk memenuhi keinginan barang sesuai yang kalian inginkan.  Saran saya juga, tidak haram yah hukumnya kalau kalian sang wanita juga ikut membantu meringankan beban calon suami dalam penyediaan seserahan ini.  Segala yang dipikul bersama akan sangat terasa ringan dan manis kok. Toh ini sebetulnya bukan hal yang wajib, jadi sepenuhnya bukanlah kewajiban sang laki-laki untuk memenuhi (menurut saya ya).  Oia, jangan lupa buat daftar apa saja yang harus dibeli dan perkiraan harganya biar nanti ga kelewatan budget.
Waktu itu sih seserahan saya :
- Mukenah
- Sajadah
- Tasbih
- sepatu
- tas kerja & kondangan
- baju kebaya & kain
- baju tidur
- set dalaman
- alat make up
- peralatan mandi
- set jilbab
- sprei
- selimut
- peralatan menjahit (jarum dan benang) >> kata ibu saya di Bangka ini harus ada, jadi ikutin aja deh
- kain batik panjang >> ibu bilang ini juga wajib haha

yaaaaa kurang lebih seperti itulah. Nah, untuk pengiriman sebisa mungkin jangan pake jasa pengiriman deh.  Bagaimanapun juga kan si wanita harus pulang dulu sebelum hari H untuk mengurus sura menyurat, baju pengantin, dan pematangan konsep semuanya.  Jadikan momen itu menjadi moment bawa barang seabrek-abrek  deh tuh.  Maka dari itu, diCICIL, dan sudah siap pada saat pulang itu.  Karena bagasi juga terbatas, saran saya dibagi aja, separoh dibawa pada saat pulang pertama, nah sisanya dibawa pada saat kepulangan menjelang hari H.  Sebisa mungkin seserahannya jangan membludak, karena ga mungkin barang-barang itu kamu tinggal di kampung melainkan akan dibawa kembali ke kota bukan?? hahahaha. Belum lagi nanti oleh-oleh, kado, dan segala macamnya.

4. Undangan & Souvenir
Untuk lebih memuaskan nantinya, cobalah kamu design sendiri undangan dan kartu ucapan terima kasih di hari pernikahan kamu.  Sekarang sudah semakin banyak jalan untuk belajar design.   Saya sengaja mendesign undangan dan kartu ucapan terima kasih sendiri, simple saja karena apa? hampir 99% orang yang kamu undangan tidak akan menyimpan undangannya selain hanya melihat tanggal, jam dan tempat.  Simple, murah, mudah dibaca. Karena sering kan kita temuin undangan yang tulisannya menggunakan font unik2 gitu sampe susah baca nama si calon pengantin hehehe.  Kemarin saya sengaja design. printing, dan semuanya dilakukan di Jakarta agar bisa lebih terkontrol dan lagi-lagi gamau menyusahkan keluarga disana.  Nah, untuk undangan kalau bisa dibawa pada saat kepulangan pertama sekaligus membawa seserahan. Atau kamu bisa kirim melalui jasa pengiriman POS Indonesia yang lumayan murah, sampenya juga kilat.

Sedangkan souvenir, carilah souvenir yang akan berguna untuk tamu undangan (intinya akan terpakai di kemudian hari). Percuma kan beli souvenir mahal-mahal kalau nantinya akan dibuang atau disimpen dikantong tutupan kulkas :(

5. Foto Pre Wedding
Ini juga sebetulnya bukan hal yang wajib dipenuhi, hanya saja untuk moment terindah dan membahagiakan kenapa tidak? Asal jangan berlebihan (berlebihan pose dan berlebihan budgetnya).  Ritual foto prewed ini juga ada baiknya dilakukan dari jauh-jauh hari bahkan bulan biar kamu lebih tenang dan tidak diributkan soal ini menjelang hari H.  Kalau kamu ingin melakukan sesi foto di luar kota, ada baiknya juga cari waktu yang pas agar tidak mengganggu hari kerjamu.  Share pengalaman aja nih, kemarin saya melakukan sesi foto di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat.  Sambil travelling aja agar meminimalisir budget.

6. Tiket Perjalanan, Akomodasi untuk Keluarga
Nah, ini juga penting nih. Ga lucu kan kalau pernikahan kamu tidak dihadiri oleh keluarga inti? Mengenai tiket pesawat, jangan bosan untuk cek harga tiket setiap hari.  Keuangan juga harus dipersiapkan, jadi ketika nemu tiket promo kamu bisa langsung beli.  Berat sih memang untuk yang satu ini, tapi ini sudah menjadi resiko ketika kamu sudah mantap akan menikahi wanita berbeda pulau hehehe.Dan Alhamdulillah, ini juga menjadi kebanggaan tersendiri saya kepada suami yang kala itu mantap untuk membiayai keluarga intinya termasuk saksi nikah dari pihak laki-laki.  Waktu itu beliau memberangkatkan 11 orang pada kloter pertama, dan 2 orang menyusul pada kloter kedua (kloter kedua biaya sendiri hehehe)

Menurut saya 6 point di atas benar-benar harus matang dilakukan dari jauh-jauh bulan agar semua tidak membebankan satu sama lain.  Jangan heran dan kaget kalau pasangan satu sama lain lebih sensitif, karena memang sudah hukumnya seperti itu hahahhaa.

Alhamdulillah semua berjalan dengan hikmat dan indah, hingga saat ini kami sedang menunggu kelahiran anak pertama kami (masih lama sih tapi udah mulai berasa deg-degannya).  Saat ini saya sedang mengandung 24 minggu dan mulai merasakan tendangan, sundulan, sampai dia berbalik badan. Semuanya INDAH !!

Selamat menikmati masa-masa persiapan pernikahan para wanita cantik, semoga semua dapat berjalan sesuai dengan keinginan bersama :)

Rabu, 27 Mei 2015

WILL YOU MARRY ME ?? (PREPARE I)

Kalau kata orang-orang sih.. "nunggu apalagi? kan sudah sama-sama kerja, udah sama-sama dewasa.. jangan lama-lama lagi" !! dalem hati jawab : NUNGGU KAYA PAK BU.. Hahahahhaa (bercanda yaaaah)

Menurut gue menikah bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan.  Menyatukan 2 hati, 2 keluarga, 2 misi, 2 sifat, 2 kejelekan, 2 kelebihan dan kekurangan. Tambah lagi gue udah ngebayangin kehidupan setelah nikah nanti, nyuci baju gue sendiri aja beraaaaat ditambah lagi harus nyuci baju-baju diaaaa :'( . Belom lagi kalau nanti ada keluarganya yang ga suka sama gue, terus nanti kalau gue dilarang maen dilarang ini itu... (lebaaaaaaiiiiii). Tapi itu semua ada di batin gue cuma pada saat gue masih kuliah, kuuuuliiiiaaaaaaah.  Seiring waktu gue nikmatin kesendirian hidup di kostan dan mulai kerja, kok berasa sepi banget yah hidup gue. Pulang kerja liatin tembok, bobok liatin bantal dan tembok lagi, bangun gue cuma ditemenin sama alarm dan bantal-bantal yang berserakan. OH NOOOOOO gue gamau selamanya begitu TITIIIIK.


FINE, gue tetap harus menikah dan gue NORMAL NOOOORMAAAAAL !! Umur gue sekarang 23 tahun, dan gue punya pacar namanya "Mas X" yang terkadang gue panggil "AA". Itu bukan merk suatu produk yah, tapi si pacar gue ini keturunan Sunda, oleh sebab dan karena itu gue pikir ga akan cocok gue panggil dia dengan sebutan "ABANG". Wajahnya juga ga pantes dipanggil abang, hehehehhe :*

Kami pertama ketemu tahun 2010 ga jauh dari "Kampus Tercinta", usut punya usut dia usaha buat deketin gue. Biasa lah yaaaa, cewek mah suka jual mahal, kalo ga begitu ga bakal bikin si cowok penasaran. hihihii
Gue waktu itu masih mahasiswa culun semester 3 atau 4 yah gue lupa, dan dia adalah seorang karyawan-karyawanan sebuah media. Ga perlu lah yah gue sebutin umurnya (yang pasti gue lebih muda, dan pas lah perbedaan umurnya hehehe)

Oke kembali lagi ke tema utama yaitu PERNIKAHAN. Lima tahun pacaran bukanlah waktu yang singkat. Dan semua orangtua pasti menginginkan melihat anaknya menikah dan hidup bahagia. Menurut gue itu sudah hukum alam, ada yang menikah, lahir, sampai pada akhirnya meninggal dunia.  Gue suka mandangin foto si AA dan suka mikir, gue awalnya ga pernah kenal sama dia, terus sekarang gue mau nikah sama orang ini?? Ahh, sudahlah... bisa gila nanti kalo terus dipikirin.

Ini nyata loh, gue suka merenung sendiri di kostan dan tiba-tiba nangis terharu kalo udah ngebayangin nanti gue nikah. hahahaha lebai sih, tapi gue pikir ini normal kok. Awalnya kita dari dulu udah rencanain buat nikah di tahun 2015 di saat gue udah lulus kuliah dan kerja. Tapi tiba-tiba gue pengen tahun 2016, dan pada akhirnya sama-sama udah ga sabaran dan memutuskan mau dipercepat lagi. hahahaha *pasanganGalau

Di penghujung tahun 2014, AA berniat memboyong ibu dan adik-adiknya ke kampung gue. Niat utamanya sih cuma pengen liburan tahun baruan getoooo, tapi karena udah di sana yaaa kaaaaaan, si AA ngomong serius ke ayah.  Niat baik sudah pasti disambut dengan baik lah yaaaa, malah ayah pengen dipercepat lagi *hiks, kan kudu ngumpulin duit dulu yaaaah :(

Sejak Januari, kita berdua udah mulai berpikir mau begini mau begitu. Karena anjuran dari orangtua, kakak, adek dan orang-orang yang sudah berpengalaman, semuanya harus dicicil jangan sampe nanti malah jadi beban. Setiap hari diwarnai dengan browsing ini dan itu, indah sih moment seperti ini. :) sampai ke honeymoon honeymoonan pun kita udah rencanain.  Kalau kata AA, "masalah uang itu adalah rejeki. Ga ada salahnya semua direncanain dari sekarang, rejeki mah darimana aja dan udah diatur, jadi tenang aja".  Sering lega sih kalau udah denger begitu, tapi tetep aja lah yaaaa cewek gitu loh kan ceweeeeek mikirnya banyaaaaak. takut ini takut itu, takut begini takut begitu :(
Gue sengaja gamau dulu motoin perintilan yang udah dibeli, takut pamali juga ah hehehehe. 

Tanggal dan bulanpun gue masih berusaha untuk merahasiakan kecuali ke keluarga terdekat dan kantor. Kenapa kantor gue infoin dulu? Karena menyangkut cuti dan pekerjaan gue di bulan itu  Harapan terbesar adalah moment indah itu akan menjadi moment pertama dan terakhir untuk kita.  Semua bisa berjalan sesuai harapan.

Sedikit sharing aja yah, orang mau nikah itu ternyata beneran sensitif. Cenderung lebih gampang saling marah, debat, tapi gue rasa itu akan menjadi penghias dan cerita menareeeeeek.

Mohon do'anya yaaaaa :)

Rabu, 01 Oktober 2014

Pengen ke Pulau Bali ?? Coba Lirik Dahulu Pulau Kecil Penghasil Timah Satu ini




Berjuta-juta penduduk Indonesia seringkali mendambakan Pulau Dewata dan bermimpi untuk bisa berlibur ke sana. Namun banyak sekali kendala untuk bisa menikmati keindahan alam di sana :
1.     Tiket pesawat yang mahal, mau “ngeteng” juga males butuh waktu lama dan ujung-ujungnya duit habis di jalan.
2.    Belom lagi biaya penginapan, makan, gaya hidup, oleh-oleh,
3.    And bla bla bla bla bla

Sudah saatnya kita anak Indonesia mendambakan pulau-pulau kecil di negeri sendiri.  Saya memiliki pilihan pulau untuk bisa Anda jadikan tujuan wisata di masa liburan.  My hometown, Bangka Island ! 

Sudah pernahkan kalian mendengar Pulau Bangka? Yaaaa, seperti biasa orang-orang pasti akan menjawab “oooooh yang laskar pelangi itu ya?”

Saya tegaskan yah, Pulau Bangka itu berbeda dengan Pulau Belitung meskipun dalam satu Provinsi yaitu Kepulauan Bangka Belitung yang beribukota Pangkal Pinang.  Dari Jakarta kalian bisa naik pesawat dengan tujuan PangkalPinang (PGK). FYI, bandara di PangkalPinang namanya Bandara Depati Amir.

Satu lagi yang sering saya dengar “Bangka itu di Palembang yah”? TIDAK !!! dulu memang pulau ini adalah bagian dari Sumatera Selatan, namun sudah lama kota kelahiran saya ini memisahkan diri dari Sumatera Selatan dan membentuk Provinsi baru yaitu Kepulauan Bangka Belitung.  Mungkin sudah bisa mandiri, hehehehe.

Untuk tiba ke Pulau Bangka terdapat 3 jalur alternative, yaitu :
1.     Pesawat Udara dengan tujuan PangkalPinang
2.    Jalur Laut melewati Pelabuhan Tanjung Priok dengan tujuan Pangkal Balam atau Pelabuhan Belinyu
3.    Jalur Sumatera dari Pelabuhan Merak menuju Bakauni (Lampung), kemudian lanjut jalur darat kurang lebih 12 jam sampai Palembang, kemudian melanjutkan perjalanan dari Pelabuhan Bom Baru menuju Pelabuhan Tanjung Kalian.

Untuk informasi harga, silahkan searching sendiri yah di agen-agen travel. Sangat disarankan agar tidak berlibur pada hari Raya karena harga tiket melonjak bisa lebih dari 100%.  Di postingan kali ini saya hanya focus pada apa saja sih yang ada di Pulau Bangka?  Saran saya, sebelum sampai di Bangka persiapkan mobil sewa agar kalian puas berkeliling ria di sana.

1.     Parai Tenggiri Beach and Resort


Tidak kalah dengan Pulau Bali, Pulau yang terkenal dengan hasil alam Timah ini memiliki banyak pantai yang menawarkan sejuta sensasi.  Salah satu pantai yang sangat terkenal di sana adalah Pantai Parai Tenggiri.  Terletak di Sungailiat (kurang lebih satu jam dari PangkalPinang), pantai ini sudah menawarkan fasilitas resort, bisa dikatakan untuk kalangan menengah ke atas.  Tapi jangan khawatir, jika hanya ingin menikmati keindahan pantainya, kalian hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 25.000  untuk HTM/orangnya.  
Jembatan ini selalu menjadi tempat yang menarik untuk berfoto :

 
Jika Anda pelancong yang sudah menyiapkan uang saku dalam jumlah besar, kalian juga bisa menginap di Parai Beach Resort ini.  Dijamin kalian akan menikmati suasana malam di pantai yang indah nan permai (hahahahhahahaa).  Recommended banget untuk pasangan yang baru menikah dan ingin menikmati bulan madu.

2.    Pagoda di Pinggir Pantai


Pernahkan kalian melihat sebuah tempat ibadah nan megah di pinggir pantai? Mungkin banyak, namun tempat ibadah yang satu ini juga bisa dikatakan unik.  Setali tiga uang (jika salah pribahasanya mohon diperbaiki yah hehehe), untuk umat Buddha ini merupakan tempat yang sangat cocok untuk Anda.  Masih di Sungailiat, terdapat kuil megah yang letaknya tidak jauh dari bibir pantai.  Untuk menuju ke sanapun, kalian akan disuguhkan dengan pemandangan pantai sepanjang jalan.  Namanya sedikit unik “Pantai Tikus”, sesuai dengan namanya memang tempat ini terpencil dari keramaian kota. Terakhir saya ke sini, tidak ada tiket masuk alias gratis.

Penduduk sekitar mengenal tempat ibadah ini dengan nama “Pagoda”.  Bangunan yang sangat indah (menurut saya). Foto di bawa adalah patung-patung yang terdapat di dalam bangunan.

 Ornamen-ornamen yang luar biasa keren...


3.    Pantai Rambak

Tidak jauh dari Pantai Tikus, terdapat juga satu pantai yang sangat indah dan masih sangat bersih, yaitu “Pantai Rambak”.  Sesungguhnya pantai ini posisinya berdampingan dengan beberapa pantai, salahsatunya Pantai Tikus.  Terakhir saya ke sini saat lebaran Idul Fitri kemarin, sudah ada tiket masuknya loh. Jangan khawatir, karena sangat murah hanya kisaran Rp 3.000 – Rp 5.000/orang.  Harga itu tidak akan cukup untuk membayar keindahan pantai ini. hehehee


Pasir putih, bebatuan besar, air laut yang bersih masih bisa kalian nikmati di sini.   Tapi, tetap harus hati-hati jika ingin berfoto di puncak bebatuan yah, jangan sampai liburan kalian menjadi suram karena kecelakaan fatal.   Satu lagi, JANGAN TAKUT PANAS !!! hehehe

4.    Pura Tanjung Bunga
Nah, ini dia tempat ibadah satu lagi yang sangat menyerupai Pulau Bali.  Terletak di Pangkalpinang, Pura ini dinamakan “Pura Tanjung Bunga”.  Kecil, sepi, bersih, inilah yang terlintas di mata saya ketika tiba di sini.  Ornamen yang mirip sekali dengan Pulau Bali.

Sejak beberapa tahun belakangan, Pura ini dijadikan tempat wisata untuk para pelancong yang datang ke Pulau Bangka.  Kalian bisa berfoto ria di beberapa titik di sini, namun tetap jaga sikap yah. Hargai bahwa tempat ini adalah tempat ibadah.


Beruntung sekali saya ketika ke sini dalam keadaan bersih (tidak datang bulan), karena tertulis besar bahwa Wanita Haid dilarang masuk ke area ibadah.  Jadi bagi Anda yang sedang haid, hanya bisa mengambil foto dari luar saja. 

Okay, empat lokasi di atas bisa kalian kunjungi dalam waktu satu hari.  Tempat-tempat di atas baru merupakan sebagian kecil dari wisata di Pulau Bangka.  Untuk lebih tahu, kalian bisa baca tulisan saya berikutnya yah “Mengulik Kota Muntok di Ujung Pulau Bangka”.

Selasa, 03 Juni 2014

MY TRIP : NANGROE ACEH DARUSSALAM Negeri Serambi Mekkah

Menampilkan IMG_20140520_133031303.jpg



syubidu syubidu bidu bidu... Perjalanan kedua ke Banda Aceh.  Begini ceritanya.... 
This is my second trip to Banda Aceh.  Setelah perjalanan pertama yang kurang memuaskan, pada akhirnya saya dipercayai untuk kembali berangkat ke Aceh "alone".  Seminggu sebelum keberangkatan, sempat dikagetkan oleh keputusan Bapak Direktur yang menyampaikan bahwa "Jenny, kamu berangkat ke Aceh sendiri, saya masih banyak pekerjaan di sini". Yeay !!! Segeralah diriku memesan tiket pesawat, hotel serta transportasi untuk di sana.

Tepatnya tanggal 20 Mei 2014 pukul setengah 6 saya sudah berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta.  Menggunakan maskapai Garuda Indonesia, take off pukul 06.30 wib.  Saat itu karena semua dibiayai oleh kantor, saya wajib menikmati perjalanan ini apapun kondisinya, hehehehe.

Biaya Tiket PP Jakarta - Banda Aceh -  Jakarta : Rp 3.450.000,-.


Jika kalian memilih flight siang, kalian akan menempuh perjalanan selama 3 jam tanpa transit.  Tapi berhubung saya memilih flight pertama, maka dengan senang hati kita transit terlebih dahulu di Bandara Kuala Namu, Medan selama 30 menit.  Kalo kata pepatah, sekali dayung 2-3 pulau terlampaui hehehehe. 2 jam dari Jakarta - Medan, finally sampailah saya di Kuala Namu Airport. 
Daripada diem sendirian di pesawat, dengan sangat PD saya berjalan-jalan ke dalam bandara dengan harapan bisa liat stasiun yang menyatu dengan bandara ini. Tapi nyatanya cuma numpang ke toilet doang, hahahaha.


Perjalanan berlanjut Medan - Banda Aceh selama kurang lebih satu jam setengah.  Subhanallaaaaaaah, dua kali sudah menginjak tanah Aceh, grateeeeeesssss.... alhamdulillah ! Welcoooooooomeeeee, Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. 


Dan ini foto-foto ketika saya berada di pesawat, ingin rasanya tidur di atas awan nan indah.













Sampai di bandara, jemputan sudah menunggu satu jam yang lalu.  See you again Bpk. Darman... Pe Habah?? hahahaha (mohon maaf jika salah, saya ingin bicara apa kabar dalam bahasa Aceh).
Sebelum serius bekerja besok harinya, saya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin hari ini.  Tiba di bandara, saya langsung diajak makan siang makanan khas Aceh yang menurut saya tinggi akan kolesterol. Tapi sungguh nikmaaaaaaat :)

Kelar makan siang, kami menuju Hotel Madinah di Jalan TGK Daud Beureueh No 1, Banda Aceh.  Hotel bernuansa kental dengan Islam ini, melarang pasangan yang bukan suami istri untuk menginap di sini. Bahkan tamu yang berlainan jenis kelamin saja dilarang naik ke atas dan hanya diperbolehkan duduk di lobby.  Luar biasa hebatnya.


Tarif hotel saat itu Rp 420.000/malam x 2 malam = Rp 840.000,-.  Jangan khawatir jika Anda sekeluarga ingin menginap di sini. Kamarnya cukup luas dengan 2 tempat tidur.


Persoalan hotel sudah selesai, saya melanjutkan perjalanan keliling-keliling Banda Aceh yang konon ceritanya pemandangan di sini cantik luar biasa.  Daaaaaan pada kenyataannya, sangat benar !!! Aceh kereeeeeeeeeen !!!!! masih saja kagum dengan kota ini.  Tujuan pertama melewati Museum Tsunami dan Situs Tsunami Kapal PLTD Apung.  Karena dulu sudah pernah masuk ke dalam, untuk sekarang ambil foto dari luar saja hehehee.

Menampilkan IMG_20140520_131541179.jpg

Menampilkan IMG_20140520_131648978.jpg

Dan ini PLTD Apung nya...

Menampilkan IMG_20140520_132328380.jpg

Karena sudah niat dari Jakarta, saya wajib mengunjungi Masjid yang diagung-agungkan dan sholat di sana. Alhamdulillah terkabulkan.
Masjid Baiturrahman..

Menampilkan IMG_20140520_130822319.jpg

Menampilkan IMG_20140520_130513726.jpg

Menampilkan IMG_20140520_130730013.jpg

Dan ini Pantai Uleu Lee... Keren banget, tapi di sini batas kunjungan hanya sampai magrib.  Lewat dari itu, tidak ada lagi pasangan muda mudi yang masuk ke kawasan ini.

Menampilkan IMG_20140520_133901966.jpg

Menampilkan IMG_20140520_133031303.jpg

Dari Pantai Uleu Lee, kami meneruskan perjalanan ke Pantai Lhok Nga.  Sepanjang jalan kenangan melihat gunung, bukit, hutan yang masih alami.  Subhanallah...
Sebelum sampai di Lhok Nga, kami melewati satu pabrik semen yang menurut saya canggih coy hahahaha.
PT. Lafarge Cement Indonesia, kalau kalian suka lihat Semen Andalas, nah inilah dia pabriknya...



Kalau bahasa saya, ini adalah jembatan penghubung untuk si semen-semen itu menuju kapal di laut.  Jadi di seberang pabrik adalah laut dan sudah siap kapal-kapal pengangkut semen. Jadi semua semen yang akan dikirim bisa berjalan sendiri dari pabrik menuju kapal lewat si jembatan ini. hahahaha (ga banget kalimatnya)




Tibalah kami di pantai yang sungguh luar biasa kerennya... Pantai Lhok Nga !





Kalau kata orang, belum lengkap kalau ke Aceh belum minum kopi Ule Kareng.  Karena ga bisa minum kopi, maka saya hanya mengunjung tempat penggilingan kopi Ule Kareng yang menyatu dengan warung kopi.  Ruaaameeeee dengan pemuda-pemuda duduk berkelompok minum kopi sembari mengobrol.

Menampilkan IMG_20140520_160521293.jpg
Dan ini dia bubuk yang sudah digiling halus... Kopi Ule Kareng dijual dengan harga Rp 85.000/kg.
Tidak minum kopi, yang penting bisa bawa pulang kopi untuk ayah tercinta di kampung sana... hehehehee

Menampilkan IMG_20140520_160448112.jpg

Okeeeee, hari ke 2 di Aceh fokus dengan pekerjaan.  Tujuan saya ke sini memang buka untuk jalan-jalan melainkan kerja kerja kerja dan kerja. hehehehe
Hari ini saya ditugaskan untuk mendampingi Mr. Yamada Fuminori dari Kedutaan Jepang untuk melakukan survei lokasi yang direncanakan untuk membangun fasilitas mesin air bersih.
Saya sudah 1 tahun bekerja sebagai project officer/staff program di NGO yang berafiliasi dengan United Way Worldwide dengan nama Yayasan Mitra Mandiri Indonesia.  Dan ini adalah salah satu rencana program yang sedang saya jalankan : Program Air Bersih untuk Desa Jiemjiem.  Pada bulan November 2013, saya pernah mengunjungi Desa Jiemjiem untuk melakuka survei pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan proposal.  Kami bekerjasama dengan Yamaha Motor Nuansa Indonesia dan donornya adalah Kedutaan Besar Jepang.  Setelah proposal di submit ke Japan Embassy, mereka ingin melakukan kunjungan untuk memastikan data-data yang kami serahkan.  Dan sayalah yang ditugaskan untuk mendampingi.

Tujuan kami adalah Desa Jiemjiem yang letaknya di Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya - Aceh.  3 jam perjalanan dari Kota Banda Aceh, melewati jalan yang berliku berkelak kelok, cukup membuat saya pusing mual lemah lesu lunglai. Sampailah kami di tujuan.  Foto di bawah adalah sungai irigasi yang namanya Bendungan Cubot.  Sungai inilah yang nantinya akan dijadikan sumber air baku yang kemudian akan dikelola mesin air bersih Yamaha menjadi air minum.







Dan ini adalah salah satu sumber pendapatan masyarakat di Desa Jiemjiem, kakao talk ! hahahaha maksud saya kakao alias cokelat ! Selain petani, masyarakat di sini juga sebagian besar adalah peternak.



Mr. Yamada bersama bapak-bapak penduduk Desa Jiemjiem. Saya hanya motoin aja, ga sempat di foto hehehehhe.

Setelah puas mengunjungi Desa Jiemjiem, pekerjaan saya masih berlanjut yaitu bertemu dengan Direktur PDAM dan Camat Kecamatan Bandar Baru. Mengulik data-data persediaan air bersih untuk daerah ini, dan kami memperoleh itu semua. Bahagia ketika Mr. Yamada berkata "Saya puas" (dengan logat Jepang Indonesia nya).


Bapak Syamsul Bahri, Direktur PDAM untuk wilayah Pidie Jaya. Terime kaseh bapak sudah menerima kedatangan kami dengan ramah dan baik. Sampai bertemu lagi (Semoga).



Apalah artinya saya diantara mereka, tapi saya bangga ahahahahahhaha.


Di bawah adalah foto Mr. Yamada dengan Bapak Camat Kecamatan Bandar Baru.  Kalian tau apa yang dia katakan?  Sambil menunjuk foto SBY, Mr. Yamada mengatakan "foto ini sebentar lagi akan digantikan dengan wajah Jokowi atau Prabowo". hahahahahahahaha


Waaaaah, ini yang motoin ga mengerti saya banget yah :( ini entah karena ngantuk beneran, atau laper atau memang itu gaya imut?? hahahahahhaa


Di kantor camat saya menemukan ini saudara-saudara, Asbak guedeeeee... Kata Pak Camat, asbak ini dibuat pada saat sibuk-sibuknya eKTP.  Karena banyaknya warga yang datang, merokok dan membuang puntung rokok sembarangan, timbullah ide membuat asbak besar ini.  Keren yah, kreatif ! hehehehee



eeeiiiiiitttssssss, ada foto yang tertinggal... Ini gedung Garuda Theatre di Banda Aceh, kalo ga salah ini bekas bioskop, kaaaalo ga salaaaaaaaaaaahhhhhh.


Sampailah di penghujung perjalanan, hari ketiga saya harus pulang ke Jakarta. Kembali bekerja, bikin laporan, dan kembali ke Kota Metropolitan yang sangat macet ini.

Terime kaseh semuanya yang sudah menemani perjalanan saya selama di Aceh. Saya akan selalu ingin kembali ke kota kalian.

See you soon ! :)