Kamis, 26 Mei 2016

TIPS : "Pernikahan Seorang Perantau Tanpa Menyusahkan Keluarga"

Hai hai hai haiiiii...
Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang persiapan pernikahan saya beberapa bulan yang lalu.  Dan entah kenapa sore hari ini rasanya ingin sekali kembali mengenang masa-masa indah pernikahan.

4 Oktober 2015, sakral, indah, menegangkan, membahagiakan, mengharukan serta menyatukan seluruh insan yang hadir di pernikahan kami.  Di umur 23 tahun hampir menginjak 24 tahun saya resmi menjadi istri seorang pria berdarah Sunda. Semua acara pernikahan kami berlangsung di kampung saya yaitu Kampung Tanjung, Kecamatan Muntok, Bangka Barat di sebuah Provinsi Bangka Belitung.

Semenjak kuliah tahun 2009, saya memutuskan untuk berpisah dari keluarga dengan tujuan melanjutkan Perguruan Tinggi.  Tidak pernah ada di pikiran bahwa nantinya akan menetap di kota orang.  Hampir 4 tahun kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, saya bertekad untuk mencari kerja di Jakarta. Entahlah apa yang menjadi alasan keputusan ini, mungkin salah satunya adalah karena saya sudah memulai hubungan dengan laki-laki berdarah Sunda tersebut hehehehe. 2 tahun bekerja semakin memantapkan niat kami untuk bersatu dalam ikatan pernikahan.  Januari 2015 masih sangat indah di memori saya ketika ia mengatakan niat baik tersebut di depan keluarganya dan keluarga saya.  Kami selalu menyebutnya dengan istilah "Lamaran Ala ala".  Pada saat ini ia bersama keluarganya datang terbang dari Depok/Jakarta ke kampung saya untuk liburan tahun baru sekaligus meluruskan niat itu.  Sesak rasanya saat itu menahan haru tangis bahagia yang sangat luar biasa.
Singkat namun tepat ! Awalnya rencana pernikahan kami di bulan Januari 2016, namun setelah kembali berdiskusi kami memutuskan untuk mempercepat ke bulan Oktober 2015.

Sepulang dari Bangka ke Jakarta, semua persiapan sudah dimulai.  Bukan hal yang mudah untuk mempersiapkan semuanya ketika sang calon pengantin sudah berdomisili di Depok, bekerja di Jakarta, sedangkan acara sakral itu harus diselenggarakan di kampung halaman (nyebrang pulang bukan lagi kota).  Namun Allah selalu memberi jalan terbaik untuk kami.  Semua berjalan dengan sangat tidak mulus terutama pada persoalan keuangan.  Bersyukur memiliki calon suami (sekarang sudah suami :D) yang mempunyai pendirian mandiri.  Tekad kuatnya yang ingin menikah dengan biaya sendiri tanpa membebankan orangtua.  Saya saat itu merasa kurang yakin, namun berkat cinta, niat, ketulusan dan keyakinan beliau semuanya dapat terwujud.  Dan inilah yang selalu ingin saya share kepada para calon pengantin diluar sana.  Berbanggalah dengan apa yang kalian punya bukan dengan apa yang orangtua kalian miliki.  Dan ketika sudah berumahtangga, maka akan berganti "Banggalah dengan harta hasil keringat suamimu bukan dengan harta yang dimiliki oleh orangtuamu".  Sedikit namun berkah, sedikit namun cukup, sedikit namun masih bisa berbagi.

Kembali kepada judul, saya ingin memberi tips kepada calon-calon pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan di kampung halaman sedangkan kalian menetap di kota lain.

1. Surat Menyurat
Menurut saya ini adalah hal yang paling utama harus diselesaikan.  Karena saya juga sudah berdomisili Depok, maka kami harus mengurus 2 kali urusan surat menyurat ini.  Pertama, kami harus melapor ke KUA setempat untuk membuat Surat Rekomendasi agar bisa menikah di daerah yang diinginkan.  Ini juga tidak gampang loh, kalian harus melewati proses dari yang paling bawah yaitu RT/RW, Kelurahan,  kemudian kantor KUA setempat.  Beruntungnya saya saat itu memiliki calon mertua seorang RT, jd bisa lebih ringan menjalankan proses ini hehehee.  Untuk melakukan proses ini, yang harus dipersiapkan adalah :
- Fotocopy KTP kamu dan pasangan
- Fotokopy KK
- Foto diri ukurang 2x3 (kalo ga salah inget, untuk meyakinkan kalian bisa browsing kok)

Di kelurahan  kita akan mengurus 3 surat pengantar yaitu :
Surat N1 berisi surat keterangan untuk menikah
Surat N2 berisi surat keterangan asal usul
Surat N4 berisi surat keterangan tentang orangtua

Langkah terakhir barulah kita ke KUA untuk meminta surat permohonan ijin numpang nikah.

Saya sarankan agar pengurusan surat menyurat ini dilakukan jauh-jauh hari yah jangan sampai menyusahkan keluarga di kampung halaman. Baiknya sekitar 2 bulanan sebelum hari H lah biar tenang juga.

Setelah memperoleh surat rekomendasi numpang nikah, tibalah saatnya saya pulang kampung untuk mengurus pendaftaran nikah di KUA dimana pernikahan akan berlangsung.  Untuk ini, si calon pengantin pria tidak perlu hadir saat itu, karena semua dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap.  Di kantor KUA kamu akan ditanyakan mengenai :
- siapa wali nikah nantinya?
- apa mahar pernikahan kamu nantinya?
- dan kamu (calon pengantin wanita) akan disarankan untuk melakukan suntik TT (tetanus).  Saran saya juga kalau mau suntik jangan pas udah mendekati hari H juga, karena kalau tidak kuat kamu bisa mengalami demam. Untuk info lebih kamu browsing aja deh.

2. Mahar dan Cincin Kawin
Ini juga penting, karena salah satu yang harus dipenuhi dalam pernikahan adalah MAHAR.  Saya dan calon suami memang sangat patuh dengan list yang sudah direncanakan.  Mahar dan cincin kawin sudah dipersiapkan jauh-jauh bulan, Karena apa? mengingat lagi mengenai keuangan, jadi sebisa mungkin setiap gajian dan punya uang sudah diperuntukan untuk perintilan pernikahan hehehe.  Untuk cincin kawin kami sengaja datang langsung ke tempat pembuatan cincin kawin yang harganya bisa agak murah namun kualitas tetap sama.  Menikah di bulan Oktober, April cincin kawin sudah siaaaaap hahahhaa. Bahkan saking kecepetannya, saya ketakutan cincinnya hilang hehehe.
Untuk mahar si calon pengantin wanita wajib mengutarakan keinginannya kepada sang calon pengantin laki-laki. Tapi kita sebagai wanita jangan asal menyebut nilai mahar ya, imbangi juga dengan kemampuan calon suami jangan sampai membebankan beliau.  Saat itu, saya meminta logam dirham kepada calon suami serta uang senilai 41.015 Rupiah.  Alhamdulillah calon suami langsung mengiyakan dan menyatakan sanggup untuk memenuhinya hingga semuanya juga sudah siap di bulan April hehehehe.  Urusan mahar dan cincin kawin well done.

3. Seserahan 
Tidak bisa dihindari, kita menganut budaya "seserahan" untuk pernikahan.  Seserahan ini bisa saja diserahkan pada saat lamaran atau pada saat pernikahan.  Berhubung jarak yang jauh, maka saya menerima seserahan pada saat pernikahan.  Ini juga lucu banget, karena saya dan calon suami di Depok dan Jakarta, maka semua perintilan dibeli di Depok/Jakarta.  Nah, ini juga kalau tidak dipersiapkan dari jauh-jauh hari akan sangat membebankan si calon suami loh, terkecuali calon suami kamu memang sudah siap dengan budget yang super lebih lah yaaaa.

Kalian sebagai wanita harus menyadari bahwa "wanita adalah kaum yang banyak maunya dengan hanya berdasarkan lucu". Bener ga? liat barang ini bilang lucu terus pengen beli hihii.  Kalau semua dilakukan dari jauh-jauh hari bahkan bulan, kalian bisa bantu nabung dulu untuk memenuhi keinginan barang sesuai yang kalian inginkan.  Saran saya juga, tidak haram yah hukumnya kalau kalian sang wanita juga ikut membantu meringankan beban calon suami dalam penyediaan seserahan ini.  Segala yang dipikul bersama akan sangat terasa ringan dan manis kok. Toh ini sebetulnya bukan hal yang wajib, jadi sepenuhnya bukanlah kewajiban sang laki-laki untuk memenuhi (menurut saya ya).  Oia, jangan lupa buat daftar apa saja yang harus dibeli dan perkiraan harganya biar nanti ga kelewatan budget.
Waktu itu sih seserahan saya :
- Mukenah
- Sajadah
- Tasbih
- sepatu
- tas kerja & kondangan
- baju kebaya & kain
- baju tidur
- set dalaman
- alat make up
- peralatan mandi
- set jilbab
- sprei
- selimut
- peralatan menjahit (jarum dan benang) >> kata ibu saya di Bangka ini harus ada, jadi ikutin aja deh
- kain batik panjang >> ibu bilang ini juga wajib haha

yaaaaa kurang lebih seperti itulah. Nah, untuk pengiriman sebisa mungkin jangan pake jasa pengiriman deh.  Bagaimanapun juga kan si wanita harus pulang dulu sebelum hari H untuk mengurus sura menyurat, baju pengantin, dan pematangan konsep semuanya.  Jadikan momen itu menjadi moment bawa barang seabrek-abrek  deh tuh.  Maka dari itu, diCICIL, dan sudah siap pada saat pulang itu.  Karena bagasi juga terbatas, saran saya dibagi aja, separoh dibawa pada saat pulang pertama, nah sisanya dibawa pada saat kepulangan menjelang hari H.  Sebisa mungkin seserahannya jangan membludak, karena ga mungkin barang-barang itu kamu tinggal di kampung melainkan akan dibawa kembali ke kota bukan?? hahahaha. Belum lagi nanti oleh-oleh, kado, dan segala macamnya.

4. Undangan & Souvenir
Untuk lebih memuaskan nantinya, cobalah kamu design sendiri undangan dan kartu ucapan terima kasih di hari pernikahan kamu.  Sekarang sudah semakin banyak jalan untuk belajar design.   Saya sengaja mendesign undangan dan kartu ucapan terima kasih sendiri, simple saja karena apa? hampir 99% orang yang kamu undangan tidak akan menyimpan undangannya selain hanya melihat tanggal, jam dan tempat.  Simple, murah, mudah dibaca. Karena sering kan kita temuin undangan yang tulisannya menggunakan font unik2 gitu sampe susah baca nama si calon pengantin hehehe.  Kemarin saya sengaja design. printing, dan semuanya dilakukan di Jakarta agar bisa lebih terkontrol dan lagi-lagi gamau menyusahkan keluarga disana.  Nah, untuk undangan kalau bisa dibawa pada saat kepulangan pertama sekaligus membawa seserahan. Atau kamu bisa kirim melalui jasa pengiriman POS Indonesia yang lumayan murah, sampenya juga kilat.

Sedangkan souvenir, carilah souvenir yang akan berguna untuk tamu undangan (intinya akan terpakai di kemudian hari). Percuma kan beli souvenir mahal-mahal kalau nantinya akan dibuang atau disimpen dikantong tutupan kulkas :(

5. Foto Pre Wedding
Ini juga sebetulnya bukan hal yang wajib dipenuhi, hanya saja untuk moment terindah dan membahagiakan kenapa tidak? Asal jangan berlebihan (berlebihan pose dan berlebihan budgetnya).  Ritual foto prewed ini juga ada baiknya dilakukan dari jauh-jauh hari bahkan bulan biar kamu lebih tenang dan tidak diributkan soal ini menjelang hari H.  Kalau kamu ingin melakukan sesi foto di luar kota, ada baiknya juga cari waktu yang pas agar tidak mengganggu hari kerjamu.  Share pengalaman aja nih, kemarin saya melakukan sesi foto di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat.  Sambil travelling aja agar meminimalisir budget.

6. Tiket Perjalanan, Akomodasi untuk Keluarga
Nah, ini juga penting nih. Ga lucu kan kalau pernikahan kamu tidak dihadiri oleh keluarga inti? Mengenai tiket pesawat, jangan bosan untuk cek harga tiket setiap hari.  Keuangan juga harus dipersiapkan, jadi ketika nemu tiket promo kamu bisa langsung beli.  Berat sih memang untuk yang satu ini, tapi ini sudah menjadi resiko ketika kamu sudah mantap akan menikahi wanita berbeda pulau hehehe.Dan Alhamdulillah, ini juga menjadi kebanggaan tersendiri saya kepada suami yang kala itu mantap untuk membiayai keluarga intinya termasuk saksi nikah dari pihak laki-laki.  Waktu itu beliau memberangkatkan 11 orang pada kloter pertama, dan 2 orang menyusul pada kloter kedua (kloter kedua biaya sendiri hehehe)

Menurut saya 6 point di atas benar-benar harus matang dilakukan dari jauh-jauh bulan agar semua tidak membebankan satu sama lain.  Jangan heran dan kaget kalau pasangan satu sama lain lebih sensitif, karena memang sudah hukumnya seperti itu hahahhaa.

Alhamdulillah semua berjalan dengan hikmat dan indah, hingga saat ini kami sedang menunggu kelahiran anak pertama kami (masih lama sih tapi udah mulai berasa deg-degannya).  Saat ini saya sedang mengandung 24 minggu dan mulai merasakan tendangan, sundulan, sampai dia berbalik badan. Semuanya INDAH !!

Selamat menikmati masa-masa persiapan pernikahan para wanita cantik, semoga semua dapat berjalan sesuai dengan keinginan bersama :)