Rabu, 01 Oktober 2014

Pengen ke Pulau Bali ?? Coba Lirik Dahulu Pulau Kecil Penghasil Timah Satu ini




Berjuta-juta penduduk Indonesia seringkali mendambakan Pulau Dewata dan bermimpi untuk bisa berlibur ke sana. Namun banyak sekali kendala untuk bisa menikmati keindahan alam di sana :
1.     Tiket pesawat yang mahal, mau “ngeteng” juga males butuh waktu lama dan ujung-ujungnya duit habis di jalan.
2.    Belom lagi biaya penginapan, makan, gaya hidup, oleh-oleh,
3.    And bla bla bla bla bla

Sudah saatnya kita anak Indonesia mendambakan pulau-pulau kecil di negeri sendiri.  Saya memiliki pilihan pulau untuk bisa Anda jadikan tujuan wisata di masa liburan.  My hometown, Bangka Island ! 

Sudah pernahkan kalian mendengar Pulau Bangka? Yaaaa, seperti biasa orang-orang pasti akan menjawab “oooooh yang laskar pelangi itu ya?”

Saya tegaskan yah, Pulau Bangka itu berbeda dengan Pulau Belitung meskipun dalam satu Provinsi yaitu Kepulauan Bangka Belitung yang beribukota Pangkal Pinang.  Dari Jakarta kalian bisa naik pesawat dengan tujuan PangkalPinang (PGK). FYI, bandara di PangkalPinang namanya Bandara Depati Amir.

Satu lagi yang sering saya dengar “Bangka itu di Palembang yah”? TIDAK !!! dulu memang pulau ini adalah bagian dari Sumatera Selatan, namun sudah lama kota kelahiran saya ini memisahkan diri dari Sumatera Selatan dan membentuk Provinsi baru yaitu Kepulauan Bangka Belitung.  Mungkin sudah bisa mandiri, hehehehe.

Untuk tiba ke Pulau Bangka terdapat 3 jalur alternative, yaitu :
1.     Pesawat Udara dengan tujuan PangkalPinang
2.    Jalur Laut melewati Pelabuhan Tanjung Priok dengan tujuan Pangkal Balam atau Pelabuhan Belinyu
3.    Jalur Sumatera dari Pelabuhan Merak menuju Bakauni (Lampung), kemudian lanjut jalur darat kurang lebih 12 jam sampai Palembang, kemudian melanjutkan perjalanan dari Pelabuhan Bom Baru menuju Pelabuhan Tanjung Kalian.

Untuk informasi harga, silahkan searching sendiri yah di agen-agen travel. Sangat disarankan agar tidak berlibur pada hari Raya karena harga tiket melonjak bisa lebih dari 100%.  Di postingan kali ini saya hanya focus pada apa saja sih yang ada di Pulau Bangka?  Saran saya, sebelum sampai di Bangka persiapkan mobil sewa agar kalian puas berkeliling ria di sana.

1.     Parai Tenggiri Beach and Resort


Tidak kalah dengan Pulau Bali, Pulau yang terkenal dengan hasil alam Timah ini memiliki banyak pantai yang menawarkan sejuta sensasi.  Salah satu pantai yang sangat terkenal di sana adalah Pantai Parai Tenggiri.  Terletak di Sungailiat (kurang lebih satu jam dari PangkalPinang), pantai ini sudah menawarkan fasilitas resort, bisa dikatakan untuk kalangan menengah ke atas.  Tapi jangan khawatir, jika hanya ingin menikmati keindahan pantainya, kalian hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 25.000  untuk HTM/orangnya.  
Jembatan ini selalu menjadi tempat yang menarik untuk berfoto :

 
Jika Anda pelancong yang sudah menyiapkan uang saku dalam jumlah besar, kalian juga bisa menginap di Parai Beach Resort ini.  Dijamin kalian akan menikmati suasana malam di pantai yang indah nan permai (hahahahhahahaa).  Recommended banget untuk pasangan yang baru menikah dan ingin menikmati bulan madu.

2.    Pagoda di Pinggir Pantai


Pernahkan kalian melihat sebuah tempat ibadah nan megah di pinggir pantai? Mungkin banyak, namun tempat ibadah yang satu ini juga bisa dikatakan unik.  Setali tiga uang (jika salah pribahasanya mohon diperbaiki yah hehehe), untuk umat Buddha ini merupakan tempat yang sangat cocok untuk Anda.  Masih di Sungailiat, terdapat kuil megah yang letaknya tidak jauh dari bibir pantai.  Untuk menuju ke sanapun, kalian akan disuguhkan dengan pemandangan pantai sepanjang jalan.  Namanya sedikit unik “Pantai Tikus”, sesuai dengan namanya memang tempat ini terpencil dari keramaian kota. Terakhir saya ke sini, tidak ada tiket masuk alias gratis.

Penduduk sekitar mengenal tempat ibadah ini dengan nama “Pagoda”.  Bangunan yang sangat indah (menurut saya). Foto di bawa adalah patung-patung yang terdapat di dalam bangunan.

 Ornamen-ornamen yang luar biasa keren...


3.    Pantai Rambak

Tidak jauh dari Pantai Tikus, terdapat juga satu pantai yang sangat indah dan masih sangat bersih, yaitu “Pantai Rambak”.  Sesungguhnya pantai ini posisinya berdampingan dengan beberapa pantai, salahsatunya Pantai Tikus.  Terakhir saya ke sini saat lebaran Idul Fitri kemarin, sudah ada tiket masuknya loh. Jangan khawatir, karena sangat murah hanya kisaran Rp 3.000 – Rp 5.000/orang.  Harga itu tidak akan cukup untuk membayar keindahan pantai ini. hehehee


Pasir putih, bebatuan besar, air laut yang bersih masih bisa kalian nikmati di sini.   Tapi, tetap harus hati-hati jika ingin berfoto di puncak bebatuan yah, jangan sampai liburan kalian menjadi suram karena kecelakaan fatal.   Satu lagi, JANGAN TAKUT PANAS !!! hehehe

4.    Pura Tanjung Bunga
Nah, ini dia tempat ibadah satu lagi yang sangat menyerupai Pulau Bali.  Terletak di Pangkalpinang, Pura ini dinamakan “Pura Tanjung Bunga”.  Kecil, sepi, bersih, inilah yang terlintas di mata saya ketika tiba di sini.  Ornamen yang mirip sekali dengan Pulau Bali.

Sejak beberapa tahun belakangan, Pura ini dijadikan tempat wisata untuk para pelancong yang datang ke Pulau Bangka.  Kalian bisa berfoto ria di beberapa titik di sini, namun tetap jaga sikap yah. Hargai bahwa tempat ini adalah tempat ibadah.


Beruntung sekali saya ketika ke sini dalam keadaan bersih (tidak datang bulan), karena tertulis besar bahwa Wanita Haid dilarang masuk ke area ibadah.  Jadi bagi Anda yang sedang haid, hanya bisa mengambil foto dari luar saja. 

Okay, empat lokasi di atas bisa kalian kunjungi dalam waktu satu hari.  Tempat-tempat di atas baru merupakan sebagian kecil dari wisata di Pulau Bangka.  Untuk lebih tahu, kalian bisa baca tulisan saya berikutnya yah “Mengulik Kota Muntok di Ujung Pulau Bangka”.

Selasa, 03 Juni 2014

MY TRIP : NANGROE ACEH DARUSSALAM Negeri Serambi Mekkah

Menampilkan IMG_20140520_133031303.jpg



syubidu syubidu bidu bidu... Perjalanan kedua ke Banda Aceh.  Begini ceritanya.... 
This is my second trip to Banda Aceh.  Setelah perjalanan pertama yang kurang memuaskan, pada akhirnya saya dipercayai untuk kembali berangkat ke Aceh "alone".  Seminggu sebelum keberangkatan, sempat dikagetkan oleh keputusan Bapak Direktur yang menyampaikan bahwa "Jenny, kamu berangkat ke Aceh sendiri, saya masih banyak pekerjaan di sini". Yeay !!! Segeralah diriku memesan tiket pesawat, hotel serta transportasi untuk di sana.

Tepatnya tanggal 20 Mei 2014 pukul setengah 6 saya sudah berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta.  Menggunakan maskapai Garuda Indonesia, take off pukul 06.30 wib.  Saat itu karena semua dibiayai oleh kantor, saya wajib menikmati perjalanan ini apapun kondisinya, hehehehe.

Biaya Tiket PP Jakarta - Banda Aceh -  Jakarta : Rp 3.450.000,-.


Jika kalian memilih flight siang, kalian akan menempuh perjalanan selama 3 jam tanpa transit.  Tapi berhubung saya memilih flight pertama, maka dengan senang hati kita transit terlebih dahulu di Bandara Kuala Namu, Medan selama 30 menit.  Kalo kata pepatah, sekali dayung 2-3 pulau terlampaui hehehehe. 2 jam dari Jakarta - Medan, finally sampailah saya di Kuala Namu Airport. 
Daripada diem sendirian di pesawat, dengan sangat PD saya berjalan-jalan ke dalam bandara dengan harapan bisa liat stasiun yang menyatu dengan bandara ini. Tapi nyatanya cuma numpang ke toilet doang, hahahaha.


Perjalanan berlanjut Medan - Banda Aceh selama kurang lebih satu jam setengah.  Subhanallaaaaaaah, dua kali sudah menginjak tanah Aceh, grateeeeeesssss.... alhamdulillah ! Welcoooooooomeeeee, Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. 


Dan ini foto-foto ketika saya berada di pesawat, ingin rasanya tidur di atas awan nan indah.













Sampai di bandara, jemputan sudah menunggu satu jam yang lalu.  See you again Bpk. Darman... Pe Habah?? hahahaha (mohon maaf jika salah, saya ingin bicara apa kabar dalam bahasa Aceh).
Sebelum serius bekerja besok harinya, saya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin hari ini.  Tiba di bandara, saya langsung diajak makan siang makanan khas Aceh yang menurut saya tinggi akan kolesterol. Tapi sungguh nikmaaaaaaat :)

Kelar makan siang, kami menuju Hotel Madinah di Jalan TGK Daud Beureueh No 1, Banda Aceh.  Hotel bernuansa kental dengan Islam ini, melarang pasangan yang bukan suami istri untuk menginap di sini. Bahkan tamu yang berlainan jenis kelamin saja dilarang naik ke atas dan hanya diperbolehkan duduk di lobby.  Luar biasa hebatnya.


Tarif hotel saat itu Rp 420.000/malam x 2 malam = Rp 840.000,-.  Jangan khawatir jika Anda sekeluarga ingin menginap di sini. Kamarnya cukup luas dengan 2 tempat tidur.


Persoalan hotel sudah selesai, saya melanjutkan perjalanan keliling-keliling Banda Aceh yang konon ceritanya pemandangan di sini cantik luar biasa.  Daaaaaan pada kenyataannya, sangat benar !!! Aceh kereeeeeeeeeen !!!!! masih saja kagum dengan kota ini.  Tujuan pertama melewati Museum Tsunami dan Situs Tsunami Kapal PLTD Apung.  Karena dulu sudah pernah masuk ke dalam, untuk sekarang ambil foto dari luar saja hehehee.

Menampilkan IMG_20140520_131541179.jpg

Menampilkan IMG_20140520_131648978.jpg

Dan ini PLTD Apung nya...

Menampilkan IMG_20140520_132328380.jpg

Karena sudah niat dari Jakarta, saya wajib mengunjungi Masjid yang diagung-agungkan dan sholat di sana. Alhamdulillah terkabulkan.
Masjid Baiturrahman..

Menampilkan IMG_20140520_130822319.jpg

Menampilkan IMG_20140520_130513726.jpg

Menampilkan IMG_20140520_130730013.jpg

Dan ini Pantai Uleu Lee... Keren banget, tapi di sini batas kunjungan hanya sampai magrib.  Lewat dari itu, tidak ada lagi pasangan muda mudi yang masuk ke kawasan ini.

Menampilkan IMG_20140520_133901966.jpg

Menampilkan IMG_20140520_133031303.jpg

Dari Pantai Uleu Lee, kami meneruskan perjalanan ke Pantai Lhok Nga.  Sepanjang jalan kenangan melihat gunung, bukit, hutan yang masih alami.  Subhanallah...
Sebelum sampai di Lhok Nga, kami melewati satu pabrik semen yang menurut saya canggih coy hahahaha.
PT. Lafarge Cement Indonesia, kalau kalian suka lihat Semen Andalas, nah inilah dia pabriknya...



Kalau bahasa saya, ini adalah jembatan penghubung untuk si semen-semen itu menuju kapal di laut.  Jadi di seberang pabrik adalah laut dan sudah siap kapal-kapal pengangkut semen. Jadi semua semen yang akan dikirim bisa berjalan sendiri dari pabrik menuju kapal lewat si jembatan ini. hahahaha (ga banget kalimatnya)




Tibalah kami di pantai yang sungguh luar biasa kerennya... Pantai Lhok Nga !





Kalau kata orang, belum lengkap kalau ke Aceh belum minum kopi Ule Kareng.  Karena ga bisa minum kopi, maka saya hanya mengunjung tempat penggilingan kopi Ule Kareng yang menyatu dengan warung kopi.  Ruaaameeeee dengan pemuda-pemuda duduk berkelompok minum kopi sembari mengobrol.

Menampilkan IMG_20140520_160521293.jpg
Dan ini dia bubuk yang sudah digiling halus... Kopi Ule Kareng dijual dengan harga Rp 85.000/kg.
Tidak minum kopi, yang penting bisa bawa pulang kopi untuk ayah tercinta di kampung sana... hehehehee

Menampilkan IMG_20140520_160448112.jpg

Okeeeee, hari ke 2 di Aceh fokus dengan pekerjaan.  Tujuan saya ke sini memang buka untuk jalan-jalan melainkan kerja kerja kerja dan kerja. hehehehe
Hari ini saya ditugaskan untuk mendampingi Mr. Yamada Fuminori dari Kedutaan Jepang untuk melakukan survei lokasi yang direncanakan untuk membangun fasilitas mesin air bersih.
Saya sudah 1 tahun bekerja sebagai project officer/staff program di NGO yang berafiliasi dengan United Way Worldwide dengan nama Yayasan Mitra Mandiri Indonesia.  Dan ini adalah salah satu rencana program yang sedang saya jalankan : Program Air Bersih untuk Desa Jiemjiem.  Pada bulan November 2013, saya pernah mengunjungi Desa Jiemjiem untuk melakuka survei pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan proposal.  Kami bekerjasama dengan Yamaha Motor Nuansa Indonesia dan donornya adalah Kedutaan Besar Jepang.  Setelah proposal di submit ke Japan Embassy, mereka ingin melakukan kunjungan untuk memastikan data-data yang kami serahkan.  Dan sayalah yang ditugaskan untuk mendampingi.

Tujuan kami adalah Desa Jiemjiem yang letaknya di Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya - Aceh.  3 jam perjalanan dari Kota Banda Aceh, melewati jalan yang berliku berkelak kelok, cukup membuat saya pusing mual lemah lesu lunglai. Sampailah kami di tujuan.  Foto di bawah adalah sungai irigasi yang namanya Bendungan Cubot.  Sungai inilah yang nantinya akan dijadikan sumber air baku yang kemudian akan dikelola mesin air bersih Yamaha menjadi air minum.







Dan ini adalah salah satu sumber pendapatan masyarakat di Desa Jiemjiem, kakao talk ! hahahaha maksud saya kakao alias cokelat ! Selain petani, masyarakat di sini juga sebagian besar adalah peternak.



Mr. Yamada bersama bapak-bapak penduduk Desa Jiemjiem. Saya hanya motoin aja, ga sempat di foto hehehehhe.

Setelah puas mengunjungi Desa Jiemjiem, pekerjaan saya masih berlanjut yaitu bertemu dengan Direktur PDAM dan Camat Kecamatan Bandar Baru. Mengulik data-data persediaan air bersih untuk daerah ini, dan kami memperoleh itu semua. Bahagia ketika Mr. Yamada berkata "Saya puas" (dengan logat Jepang Indonesia nya).


Bapak Syamsul Bahri, Direktur PDAM untuk wilayah Pidie Jaya. Terime kaseh bapak sudah menerima kedatangan kami dengan ramah dan baik. Sampai bertemu lagi (Semoga).



Apalah artinya saya diantara mereka, tapi saya bangga ahahahahahhaha.


Di bawah adalah foto Mr. Yamada dengan Bapak Camat Kecamatan Bandar Baru.  Kalian tau apa yang dia katakan?  Sambil menunjuk foto SBY, Mr. Yamada mengatakan "foto ini sebentar lagi akan digantikan dengan wajah Jokowi atau Prabowo". hahahahahahahaha


Waaaaah, ini yang motoin ga mengerti saya banget yah :( ini entah karena ngantuk beneran, atau laper atau memang itu gaya imut?? hahahahahhaa


Di kantor camat saya menemukan ini saudara-saudara, Asbak guedeeeee... Kata Pak Camat, asbak ini dibuat pada saat sibuk-sibuknya eKTP.  Karena banyaknya warga yang datang, merokok dan membuang puntung rokok sembarangan, timbullah ide membuat asbak besar ini.  Keren yah, kreatif ! hehehehee



eeeiiiiiitttssssss, ada foto yang tertinggal... Ini gedung Garuda Theatre di Banda Aceh, kalo ga salah ini bekas bioskop, kaaaalo ga salaaaaaaaaaaahhhhhh.


Sampailah di penghujung perjalanan, hari ketiga saya harus pulang ke Jakarta. Kembali bekerja, bikin laporan, dan kembali ke Kota Metropolitan yang sangat macet ini.

Terime kaseh semuanya yang sudah menemani perjalanan saya selama di Aceh. Saya akan selalu ingin kembali ke kota kalian.

See you soon ! :)